JAMBI – 2 Oktober 2025 | Setelah lebih dari satu abad tersimpan di museum Belanda, fosil legendaris Pithecanthropus erectus atau “Manusia Jawa” akhirnya akan kembali ke tanah air. Pemerintah Belanda mengumumkan pengembalian lebih dari 30.000 artefak ke Indonesia, di mana sekitar 28.000 di antaranya merupakan bagian dari Koleksi Dubois — temuan besar dalam dunia ilmu pengetahuan yang juga memuat kisah kelam eksploitasi kolonial.
Koleksi Dubois: Warisan Ilmiah dari Masa Penjajahan
Pada akhir abad ke-19, dokter sekaligus peneliti asal Belanda, Eugène Dubois, melakukan penggalian di Trinil, Ngawi, Jawa Timur. Dari tanah Jawa itulah ia menemukan fosil tengkorak, tulang paha, dan gigi geraham yang kemudian dinamainya Pithecanthropus erectus — manusia kera yang berjalan tegak. Penemuan itu menjadi tonggak penting dalam studi evolusi manusia dan dikenal di dunia sebagai Homo erectus.
Namun di balik gemilang ilmiah itu, sejarah mencatat ketimpangan. Fosil-fosil yang ditemukan di tanah Nusantara kemudian dibawa ke Eropa dan selama lebih dari satu abad disimpan di Naturalis Biodiversity Center, Leiden, Belanda. Kini, setelah peninjauan moral dan hukum, Komite Koleksi Kolonial Belanda menyimpulkan bahwa koleksi tersebut tidak pernah menjadi milik Belanda secara sah.
“Koleksi Dubois diambil tanpa persetujuan masyarakat setempat dan merupakan bagian dari sistem kolonial yang menimbulkan ketidakadilan historis,” tulis laporan resmi Komite Koleksi Kolonial Belanda.
Pengembalian Tanpa Syarat: Tanda Pengakuan Moral
Keputusan Belanda mengembalikan Koleksi Dubois tanpa syarat menjadi babak baru dalam diplomasi budaya kedua negara. Pemerintah Indonesia sebelumnya telah mengajukan permohonan resmi sejak tahun 2022, menegaskan bahwa pengembalian ini bukan sekadar urusan artefak, melainkan juga pemulihan harga diri bangsa.
Dalam acara simbolik di Den Haag, Menteri Kebudayaan Belanda menyerahkan surat resmi pengembalian kepada perwakilan Indonesia. Pemerintah Indonesia menyambut langkah ini sebagai bentuk rekonsiliasi sejarah dan pengakuan atas ketimpangan kolonial di masa lalu.
