Netizen menyebut video tersebut sebagai “ajakan berselimut gaya hidup elitis”, yang tidak relevan dengan kehidupan sehari-hari masyarakat pedesaan Enrekang.
Beberapa anggota DPRD Enrekang menyampaikan kritik diplomatis. Menurut mereka, sebagai figur publik, apalagi simbol perempuan daerah, Ratnawati seharusnya memilih cara komunikasi yang membumi dan tidak menimbulkan kesan glamorisasi pejabat daerah.
Fenomena Baru: Hedonisme di Kalangan Pendamping Kepala Daerah
Kasus ini menambah daftar panjang peristiwa serupa, di mana istri atau pendamping pejabat tampil berlebihan saat berada di luar negeri. Dalam beberapa bulan terakhir, masyarakat sudah berkali-kali menyoroti gaya hidup jetset keluarga elit birokrasi, dari gaya liburan istri menteri hingga pameran fesyen istri kepala daerah di event luar negeri.
Pengamat komunikasi publik, Indira Maulana, menilai fenomena ini sebagai “pembingkaian citra yang gagal membaca situasi”.
“Bukan soal siapa yang membayar perjalanan. Tapi saat masyarakat sedang hidup susah, gaya pamer seperti ini menyinggung rasa keadilan sosial. Apalagi bila dilakukan atas nama kegiatan pemberdayaan,” jelas Indira kepada terkinijambi.com.
Bernabéu Jadi Simbol Baru Ketimpangan?
Di ujung cerita, stadion yang biasanya dipenuhi teriakan fans sepak bola kini berubah fungsi menjadi latar polemik sosial-politik Indonesia. Entah disengaja atau tidak, kehadiran Ratnawati di Bernabéu mengungkap satu hal: pejabat — termasuk pendampingnya — hidup di bawah sorotan publik, di mana setiap tindakan bisa diterjemahkan sebagai pesan politik.
Laporan ini disusun berdasarkan penelusuran redaksi dan sumber terbuka