New York,– Politikus muda progresif Zohran Mamdani membuat sejarah baru dalam dunia politik Amerika Serikat. Ia sukses mengalahkan mantan Gubernur Andrew Cuomo dalam pemilihan pendahuluan (primary) Partai Demokrat untuk jabatan Wali Kota New York pada Selasa (24/6/2025).
Namun perlu dipahami, Mamdani belum resmi menjadi Wali Kota New York. Ia saat ini baru mengamankan posisi sebagai calon resmi Partai Demokrat yang akan berlaga dalam Pemilihan Umum Wali Kota (general election) pada November 2025 mendatang.
Menumbangkan Tokoh Senior
Dalam sistem pemungutan suara ranked-choice voting, Mamdani unggul dengan perolehan 43,5% suara, menyingkirkan Cuomo yang meraih 36,4%. Cuomo secara terbuka mengakui kekalahan dan menyatakan dukungan kepada Mamdani.
“Ini bukan sekadar kemenangan politik, ini adalah kemenangan harapan bagi kelas pekerja,” ujar Mamdani saat pidato kemenangan di hadapan pendukungnya di Queens.
Profil Singkat Zohran Mamdani
- Lahir di Kampala, Uganda, tahun 1991.
- Putra dari akademisi Mahmood Mamdani dan sutradara film Mira Nair.
- Tinggal di New York sejak kecil, aktif sebagai aktivis sosial dan musisi hip-hop.
- Menjabat sebagai anggota Majelis Negara Bagian New York sejak 2021.
Sebagai politisi berhaluan sosialis demokratik, Mamdani mengusung program unggulan seperti:
- Transportasi umum gratis
- Pembekuan sewa dan tunjangan perumahan
- Pendirian supermarket milik kota
- Dukungan vokal terhadap Palestina
Belum Final, Menuju Pilkada November
Kemenangan Mamdani dalam primary Partai Demokrat menjadi tiket emas menuju Pilwalkot New York pada November 2025. Ia diperkirakan akan menghadapi:
- Kandidat Partai Republik
- Calon independen (kemungkinan Cuomo kembali bertarung)
Jika menang dalam pemilu nanti, Mamdani akan mencatat sejarah sebagai Wali Kota Muslim pertama dan Wali Kota keturunan Asia Selatan pertama di New York City.
Dukungan dan Tantangan
Mamdani mendapat dukungan kuat dari kaum muda, komunitas Muslim, imigran, serta tokoh progresif seperti Alexandria Ocasio-Cortez dan Bernie Sanders. Namun, ia juga menghadapi kritik tajam dari kelompok moderat dan kalangan bisnis atas agenda-agenda progresifnya yang dinilai terlalu radikal.