Washington/Seoul – Pemerintah Korea Selatan memastikan ratusan warganya yang ditahan dalam razia besar-besaran otoritas imigrasi Amerika Serikat (ICE) di Georgia akan segera dipulangkan. Pemulangan dilakukan setelah negosiasi intensif antara Seoul dan Washington, menyusul protes keras atas perlakuan aparat AS terhadap pekerja konstruksi asal Negeri Ginseng.
Dalam operasi yang digelar pekan lalu di proyek pembangunan pabrik baterai Hyundai–LG Energy Solution di Ellabell, Georgia, sebanyak sekitar 475 orang pekerja ditangkap. Lebih dari 300 di antaranya adalah warga Korea Selatan yang bekerja untuk berbagai kontraktor dan subkontraktor proyek investasi bernilai miliaran dolar tersebut.
Pesawat Charter untuk Pemulangan
Kepala Staf Kepresidenan Korea Selatan, Kang Hoon-sik, menegaskan bahwa negosiasi dengan pihak AS telah rampung.
“Negosiasi telah selesai, beberapa prosedur administratif masih berjalan. Setelah itu, pesawat charter akan segera diterbangkan untuk membawa pulang warga kami,” ujarnya di Seoul, Minggu (7/9).
Pemerintah Korea Selatan juga membentuk tim darurat yang melibatkan Kementerian Luar Negeri, Kementerian Perdagangan dan Industri, serta perwakilan diplomatik di Washington dan Atlanta guna memastikan hak-hak pekerja terlindungi.
Reaksi Hyundai dan LG
Hyundai Motor Group menyatakan bahwa para pekerja yang ditahan bukan karyawan langsung perusahaan, melainkan tenaga kerja subkontraktor. Namun, manajemen akan melakukan evaluasi menyeluruh terhadap rantai pasok dan kepatuhan hukum mitra kerja. LG Energy Solution bahkan menghentikan sementara perjalanan dinas ke AS sebagai langkah antisipasi.
Dampak Geopolitik dan Ekonomi
Razia ini segera memicu ketegangan diplomatik. Pemerintah Korea Selatan mengecam publikasi video penangkapan dengan pekerja diborgol, menyebutnya “menyedihkan” dan merusak martabat warga negara. Di sisi lain, Washington beralasan bahwa operasi ini merupakan bagian dari penegakan hukum terhadap pelanggaran visa dan status imigrasi.
Insiden ini terjadi di tengah sensitivitas geopolitik industri kendaraan listrik, di mana AS tengah berupaya mengurangi ketergantungan pada Tiongkok. Investasi Hyundai–LG di Georgia sendiri digadang sebagai proyek terbesar dalam sejarah negara bagian tersebut. Namun, razia yang menggegerkan ini menimbulkan tanda tanya besar bagi investor asing tentang konsistensi kebijakan imigrasi AS.