Washington DC, — Presiden Amerika Serikat Donald Trump menerima kejutan diplomatik saat Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyodorkan surat resmi nominasi Trump untuk Hadiah Nobel Perdamaian, dalam pertemuan mereka di Gedung Putih, Senin (7/7/2025).
“Ia sedang menciptakan perdamaian, satu negara demi satu kawasan,” ucap Netanyahu. “Saya telah mengirimkan surat ke Komite Nobel untuk mencalonkan Anda, Presiden Trump. Ini pantas Anda terima.”
Trump, yang lama mengincar pengakuan global lewat penghargaan itu, tampak terharu. “Wow. Ini kejutan. Terima kasih banyak, Bibi,” balasnya dengan penuh rasa bangga.
Gencatan Senjata Gaza Jadi Taruhan Diplomasi
Trump tengah mendorong kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas yang telah berkonflik lebih dari 21 bulan. Utusan AS, Steve Witkoff, dijadwalkan bergabung dengan perundingan di Qatar pekan ini.
Rencana ini akan mencakup penghentian penuh konflik, pembebasan sandera secara bertahap, dan masuknya bantuan kemanusiaan ke Gaza. Trump berharap kesepakatan ini memperkuat peluangnya meraih Nobel dan memperluas Abraham Accords ke Arab Saudi.
Tanggapan Aktivis: “Nominasi yang Menjijikkan”
Namun, berbagai pihak justru mengecam keras langkah tersebut. Di Pakistan, sejumlah tokoh dan aktivis menyebut nominasi Trump sebagai penghinaan terhadap prinsip-prinsip perdamaian.
- Mantan Duta Besar Pakistan untuk PBB, Maleeha Lodhi, menyebut langkah ini “tidak mewakili rakyat Pakistan” (India Today).
- Pemimpin partai oposisi JUI-F, Maulana Fazlur Rehman, menyebut Trump punya “darah Palestina dan Irak di tangannya” dan meminta Islamabad menarik dukungannya (The Express Tribune).
- Anggota Parlemen India, Asaduddin Owaisi, mempertanyakan dukungan terhadap Trump pasca serangan AS ke fasilitas Iran (Times of India).
- Pejabat Ukraina Oleksandr Merezhko bahkan mencabut dukungan sebelumnya, menyebut Trump “gagal total dalam menengahi konflik Rusia-Ukraina” (Tribune Online).
Politisi AS: “Trump Layak Nobel”
Di sisi lain, politisi Partai Republik tetap mendukung penuh Trump:
