Kepercayaan masyarakat yang ternodai oleh suatu ungkapan yang terlahir atau tercipta dari sikap amoral yang telah menggerus kedudukan filosofis paham suara rakyat adalah suara Tuhan (Vox Populi Vox Dei). Selanjutnya merupakan sesuatu yang bergeser seakan-akan menjadi pembenaran terhadap pandangan Nietzsche (Friedrich Wilhelm Nietzsche/Filsuf Jerman) dengan suatu bentuk pernyataannya yang dinilai merupakan suatu pandangan bersifat sangat kontrofersial.
Ungkapan yang menggunakan kalimat sederhana dengan ilustrasi atau gambaran seakan-akan Tuhan sudah mati yang dalam Bahasa Jerman dikenal dengan sebutan “Gott ist tot” atau lebih dikenal sebagai suatu pernyataan mengenai kematian Tuhan. Pada azaz sebenarnya, Nietzsche mengungkap pandangan yang menyatakan bahwa tiada yang salah dan benar di dalam suatu pertimbangan keakhlakan manusia. Suatu konsep pemikiran yang mengajarkan manusia cara berpikir dan berbuat atau bertindak agar tidak berstatus sebagaimana pepatah Latin yang menilai manusia sama atau identik dengan binatang buas (Homo Homini Lupus).
Pepatah yang hendak mengkritisi tabiat manusia yang suka arogan dan yang kerap kali terjadi pada saat memiliki kekuasaan akan berlaku kejam bak seekor Srigala kepada sesama manusia, atau kerap kali kehilangan prikemanusiaan pada saat mempergunakan kekuasaan dan wewenang serta jabatan dalam berbuat jahat kepada sesamanya.
Suatu bentuk kebiadaban yang seakan-akan telah menerapkan konsep kekuasaan Fir’aun yang menuhankan diri atau sebagaimana konsep Nietzsche yang menyatakan Tuhan sudah mati. Dengan anggapan Tuhan kekal mati dan naluri kebinatangan manusia yang dianggap mampu membunuh Tuhan. Disinilah letak perlu dan pentingnya etika moral dan peradaban manusia untuk mengendalikan diri agar tidak menjadi pembunuh kejam dan paling sadis daripada segala pembunuh sadis.
Hakikatnya bukan jasad physik yang menjadi korban dari hilangnya etika dan moralitas akan tetapi etika akan tetapi akhlak dan peradaban serta harapan rakyat yang mati terbunuh oleh sifat bengisnya birahi dahaga dan euforia kekuasaan. Etika Moral dan Akhlak sebagai bagian dari jiwa yang paling suci dan kuat di antara segalanya yang telah ternodai oleh buas dan ganasnya birahi-birahi kekuasaan sehingga merasakan seakan-akan diri pribadi yang bersangkutan telah menjadi bagian dari sederetan barisan tuhan-tuhan palsu bagi mereka yang diperbudak oleh birahi atau bagi para penyembah kekuasaan.