Konflik bersenjata yang terus memanas antara Israel dan Iran kini disertai dengan perang kata-kata yang tak kalah sengit. Dua pemimpin negara saling melontarkan pernyataan keras yang memicu kontroversi global. Dunia menyaksikan, saat retorika berubah menjadi peluru dan diplomasi berubah menjadi ancaman terbuka.
Israel Tuduh Iran “Negara Teroris Nuklir”
Perdana Menteri Israel Yoav Gallant dalam konferensi pers di Yerusalem, Kamis (19/6), menyebut Iran sebagai “negara teroris bersenjata nuklir yang tidak dapat dipercaya dalam perundingan apapun.”
“Dunia harus tahu: Iran tidak hanya mendanai terorisme, tetapi juga mengembangkan senjata pemusnah massal. Kami tidak akan menunggu sampai terlambat,”
tegas Gallant, merujuk pada dugaan pengayaan uranium Iran di fasilitas nuklir bawah tanah Fordow dan Arak.
Khamenei Murka: “Jika Israel Tak Dihentikan, Dunia Akan Menyesal”
Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, tak tinggal diam. Dalam pidato nasional yang disiarkan langsung televisi pemerintah IRIB, ia menyebut Israel sebagai “entitas palsu yang akan dihapus sejarah.”
“Israel telah melewati batas. Penyerangan terhadap tanah Iran adalah deklarasi perang. Kami akan balas dengan kekuatan penuh,”
ucap Khamenei dari Teheran.
Ia juga menyinggung keterlibatan Amerika Serikat dan menuding Barat bersikap hipokrit karena mendukung Israel namun berbicara soal “hak asasi manusia”.
Reaksi Dunia: Diplomasi di Ujung Tanduk
- Uni Eropa menyebut retorika kedua negara memperburuk ketegangan global.
- Antonio Guterres (Sekjen PBB) memperingatkan risiko konflik besar di Timur Tengah.
- Donald Trump menyebut pernyataan Khamenei “mengancam stabilitas dunia bebas”.
Negosiasi Mandek, Ancaman Meningkat
Sementara pertemuan damai dijadwalkan di Jenewa, Iran menolak hadir selama Israel masih menyerang. Israel sendiri menyatakan tak akan berdialog dengan negara yang dianggap “memanipulasi nuklir di balik propaganda agama”.
Penutup
Dengan perang kata dan senjata yang terjadi secara bersamaan, dunia kini mengkhawatirkan kemungkinan pecahnya konflik skala besar. Apakah diplomasi masih punya ruang, atau dunia sedang berjalan ke arah kehancuran?