TerkiniJambi.Com, -Bulan September acap kali menjadi saksi perubahan besar dalam sejarah dunia. Dalam catatan ini kita menengok tiga peristiwa yang mengubah jalannya pemerintahan di tiga negara berbeda: Pembantaian September 1792 di Prancis, kudeta 1 September 1969 yang membuka era Gaddafi di Libya, dan Gerakan 30 September 1965 di Indonesia. Ketiganya meninggalkan jejak kelam—darah, politik, dan transformasi yang berujung pada otoritarianisme dan trauma kolektif.
Pembantaian September 1792 — Paris
Pada awal Revolusi Prancis, ketegangan politik dan ketakutan terhadap kontra-revolusi memicu kekerasan massal. Antara 2 sampai 6 September 1792, tahanan-tahanan di penjara Paris diseret ke jalanan dan dieksekusi tanpa proses hukum yang wajar. Peristiwa yang dikenal sebagai September Massacres itu menandai salah satu bab tergelap revolusi, ketika semangat pembebasan bercampur dengan aksi ekstrim dan pembalasan yang tak terkontrol.
Kudeta 1 September 1969 — Tripoli
Tanggal 1 September 1969 menandai berakhirnya monarki di Libya. Sekelompok perwira muda menggulingkan Raja Idris I — kudeta yang relatif cepat dan minim pertempuran. Dari peristiwa itu muncul rezim baru yang dipimpin Muammar Gaddafi, berujung pada nasionalisasi sumber daya, struktur kekuasaan yang tersentralisasi, dan masa panjang pemerintahan otoriter yang berdampak luas bagi Libya dan kawasan sekitarnya.
Gerakan 30 September 1965 — Jakarta
Indonesia mencatat salah satu tragedi paling menentukan pada malam 30 September 1965. Penculikan dan pembunuhan sejumlah perwira tinggi TNI AD memicu gelombang penumpasan terhadap Partai Komunis Indonesia (PKI) dan simpatisannya. Dampaknya monumental: ratusan ribu korban, pergeseran politik yang menurunkan kekuasaan Presiden Soekarno, dan lahirnya rezim Orde Baru di bawah Soeharto.
Catatan akhir: warisan September
Ketiga peristiwa ini berbeda waktu dan latar—revolusi, kudeta, operasi militer—namun semuanya menyuguhkan pelajaran yang sama: ketika ketakutan politik dan konflik meruncing, hak asasi dan prosedur hukum seringkali jadi korban pertama. Sejarah bulan September mengingatkan kita bahwa perubahan besar sering lahir dari luka besar pula.