Ketegangan Geopolitik Memuncak: Setelah Serangan Israel ke Doha, Negara-Negara Teluk Aktifkan Mekanisme Pertahanan Ala NATO

TerkiniJambi
Langkah kolektif GCC — pernyataan “serangan terhadap satu = serangan terhadap semua” — menandai perubahan besar dalam postur keamanan Teluk dan meningkatkan risiko konfrontasi regional.
Langkah kolektif GCC — pernyataan “serangan terhadap satu = serangan terhadap semua” — menandai perubahan besar dalam postur keamanan Teluk dan meningkatkan risiko konfrontasi regional.

DOHA — Ketegangan geopolitik di Timur Tengah meningkat tajam setelah serangkaian serangan udara yang menarget tokoh perunding dari Hamas di Doha, Qatar. Dalam respons cepat dan tegas, Dewan Tertinggi Dewan Kerja Sama Teluk (GCC) mengumumkan aktivasi mekanisme pertahanan kolektif yang menyerupai konsep pasal pertahanan “serangan terhadap satu = serangan terhadap semua” — sebuah langkah yang berpotensi mengubah lanskap keamanan regional.

Reaksi GCC: Dari Kecaman Menjadi Aksi Kolektif

Pada pertemuan luar biasa yang digelar di Doha, para pemimpin GCC mengecam keras pelanggaran kedaulatan Qatar dan memutuskan untuk mengarahkan Dewan Pertahanan Gabungan agar segera menilai postur pertahanan anggota dan mempersiapkan langkah-langkah operasional. Dalam instruksi tersebut, Komando Militer Bersatu diminta menyiapkan tindakan penegakan maupun kapabilitas penangkalan (deterrence).

“Keamanan kami tidak dapat dipisahkan — serangan terhadap satu negara anggota GCC adalah serangan terhadap semua. Kami tidak akan tinggal diam terhadap pelanggaran kedaulatan.”

— Pernyataan ringkasan Dewan Tertinggi GCC (Doha, 2025)

Konteks Geopolitik: Mengapa Ini Penting

Langkah GCC mencerminkan kekecewaan mendalam terhadap perlakuan yang dianggap mengabaikan norma-norma kedaulatan. Di luar kecaman diplomatik, keputusan mengaktifkan mekanisme kolektif menunjukkan perubahan strategi keamanan Teluk: dari ketergantungan pada aliansi tradisional menjadi upaya membangun kapasitas bertindak bersama yang lebih mandiri.

Baca Juga :  Kematian Akibat Wabah Pes di Arizona, Warga Diminta Waspada Meski Risiko Rendah

Faktor Pemicu

  • Serangan terhadap wilayah atau aktor yang berbasis di Qatar yang dianggap sebagai pelanggaran langsung terhadap kedaulatan.
  • Kekhawatiran eskalasi yang bisa menarik negara-negara regional dan ekstra-regional ke dalam konflik lebih luas.
  • Keinginan beberapa negara Arab (termasuk usulan dari Mesir sebelumnya) untuk memodernisasi kerangka pertahanan kolektif ala-NATO di kawasan Arab.

Bagaimana Mekanisme Ini Bekerja — dan Tantangannya

Mekanisme yang diumumkan menyerukan pertemuan Dewan Pertahanan Gabungan dan Komite Militer Tinggi untuk segera menilai ancaman serta kesiapan anggota. Namun, implementasi praktis menghadapi hambatan nyata:

  1. Komando dan Kontrol: Siapa yang memegang komando saat aktivasi — dan bagaimana keputusan penggunaan kekuatan dibuat — masih belum jelas.
  2. Interoperabilitas: Perbedaan peralatan, doktrin militer dan kesiapan masing-masing negara menyulitkan operasi bersama secara cepat.
  3. Konsekuensi Diplomatik: Aktivasi kolektif bisa memicu reaksi dari kekuatan eksternal dan berisiko memperluas konflik.
Baca Juga :  Israel Gempur Iran, Suriah, hingga Palestina dalam Sepekan! Dunia Kecam, Iran Bersumpah Balas

Potensi Implikasi Regional & Internasional

Jika mekanisme ini berubah menjadi kerangka operasi nyata, beberapa implikasi yang mungkin muncul:

  • Peningkatan Deterrence: Serangan terukur terhadap satu negara Teluk harus mempertimbangkan kemungkinan reaksi gabungan yang lebih berat.
  • Perubahan Aliansi: Negara-negara Teluk mungkin mempercepat penguatan hubungan pertahanan intra-regional atau mencari diversifikasi mitra strategis.
  • Risiko Eskalasi: Konflik terlokalisir dapat berisiko meluas apabila salah satu pihak menafsirkan tindakan sebagai agresi terhadap kolektif.

Komunitas internasional akan mengamati langkah GCC ini — PBB dan aktor lain kemungkinan mendorong de-eskalasi dan dialog. Sementara itu, negara-negara yang selama ini memiliki hubungan militer dengan negara-negara Teluk juga akan diminta menimbang posisi mereka di tengah dinamika baru ini.

Nomor TDPSE : 023714.1/DJAI.PSE/05/2025