Kerumunan yang Membeku: Ketika Kampanye Berubah Jadi Tragedi di Karur

TerkiniJambi

Seruan agar proses penyelidikan berjalan transparan menguat — sebagian pihak meminta pemeriksaan independen agar akar masalah (izin, manajemen massa, kesiapan medis, dan tanggung jawab panitia) dibuka lebar. Di sisi lain, politisasi insiden tak terhindarkan: lawan politik dan pendukung sama-sama memanfaatkan momentum untuk menuntut pertanggungjawaban.

Di antara korban terdapat pria, wanita, dan anak-anak — sebuah pengingat pahit bahwa tragedi kerumunan tak pandang usia. Di rumah duka, orang-orang berkumpul dengan foto-foto yang dibungkus kain, mendorong kita mempertanyakan ulang prioritas penyelenggara acara besar: keselamatan dasar haruslah nomor satu, bukan sekadar retorika kampanye.

Baca Juga :  Mafia Siber Kelas Kakap Diburu INTERPOL, 3 Tahun Buron: Bareskrim Ungkap Modus dan Keterkaitan di Indonesi

Beberapa pelajaran penting muncul dari tragedi ini: validasi izin harus sesuai praktik lapangan; manajemen pintu keluar dan akses medis harus mutlak tersedia; komunikasi ke massa harus jelas; serta penyelenggara harus mampu menakar antisipasi jumlah hadirin, apalagi ketika figur populer berkunjung.

Baca Juga :  Krisis Kesehatan Mental Memburuk di Afghanistan: Mayoritas Pasien Perempuan Muda

Selain itu, tekanan publik akan menuntut kebijakan yang lebih ketat untuk acara politik besar: batasan kapasitas yang lebih tegas, standar keselamatan yang terukur, dan mekanisme pengawasan saat acara berlangsung. Hingga penyelidikan lengkap dirilis, perdebatan tentang siapa yang bertanggung jawab akan terus berlangsung — namun satu hal jelas: nyawa melayang dan ruang publik perlu dijaga lebih manusiawi.

Editor Redaksi @terkinijambi.com

Nomor TDPSE : 023714.1/DJAI.PSE/05/2025