Efisiensi Anggaran 2026 — PMK 56/2025 dan Reaksi DPR RI

TerkiniJambi

Komisi IX DPR mengkhawatirkan pemangkasan anggaran pada Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) yang dilaporkan turun signifikan (sekitar 55,47% pada pagu indikatif tertentu). Anggota DPR meminta penambahan anggaran agar fungsi pengawasan obat dan makanan tetap kuat, termasuk usulan tambahan nominal sekitar Rp 5,43 triliun dalam pembahasan lebih lanjut. DPR menilai risiko penurunan pengawasan dapat berdampak luas terhadap keselamatan publik.

Komisi V dan Banggar DPR menyoroti pagu indikatif Basarnas untuk 2026 yang dilaporkan turun drastis menjadi sekitar Rp 1,011 triliun, padahal kebutuhan operasional dipaparkan mencapai lebih dari Rp 2,27 triliun. DPR mengusulkan agar alokasi Basarnas ditinjau ulang dan menambah pagu untuk menjaga kapasitas respon darurat dan SAR nasional. Pernyataan dari pihak DPR juga merujuk beberapa kejadian operasi penanganan darurat yang menuntut kesiapsiagaan tinggi.

  • Sektor kesehatan & keselamatan publik: Jika BPOM dan Basarnas kekurangan anggaran, DPR memperingatkan potensi melemahnya fungsi pengawasan dan respons darurat.
  • Efisiensi administrasi: K/L diinstruksikan menyusun ulang rencana kerja agar efisiensi terjadi tanpa menurunkan output layanan utama.
  • Alokasi ulang: Hasil efisiensi diprioritaskan untuk program strategis Presiden; namun DPR menegaskan perlunya transparansi dan akuntabilitas alokasi ulang tersebut.
  • Tabel Ringkasan: Siapa Terkena dan Apa Respons DPR?

    Instansi / Pos Perubahan (indikatif) Respons DPR
    BPOM Penurunan tajam (lap. indikatif ~-55,47%) Komisi IX soroti; usul penambahan ~Rp 5,43 triliun.
    Basarnas Pagu indikatif turun ke ~Rp 1,011 triliun (butuh ~Rp 2,27T) Komisi V/Banggar minta revisi; usul penambahan anggaran.
    K/L (umum) 15 pos belanja barang/modal disasar efisiensi DPR dukung jika tak mengganggu pelayanan publik; minta transparansi.

    Nomor TDPSE : 023714.1/DJAI.PSE/05/2025