Kementerian Dalam Negeri melalui Direktur Fasilitasi Kepala Daerah, Harry Sudibyo, menyatakan bahwa pemerintah tidak melarang penggunaan bendera fiksi selama tidak menyalahi etika dan aturan penghormatan terhadap simbol negara.
“Kami hanya mengimbau agar masyarakat tetap mengedepankan etika, jangan sampai niat kreatif menyinggung simbol-simbol negara yang kita hormati bersama,” katanya.
Viral, Tapi Masih Jadi Perdebatan
Meski viral, fenomena bendera One Piece ini memunculkan perdebatan. Sebagian pihak menganggapnya wajar sebagai bagian dari kebebasan berekspresi. Namun ada juga yang mengkritik keras, menyebutnya tidak pantas apalagi jika dikibarkan lebih tinggi dari Merah Putih.
Sejumlah tokoh masyarakat meminta warga tidak menjadikan momen kemerdekaan sebagai ajang gaya-gayaan semata. Mereka mengingatkan bahwa makna 17 Agustus adalah perjuangan dan pengorbanan, bukan sekadar hiasan viral.
Di sisi lain, banyak generasi muda yang justru merasa lebih dekat dengan semangat kemerdekaan melalui simbol yang mereka pahami dan banggakan, seperti One Piece.
Kesimpulan: Merdeka Itu Juga Soal Makna
Pengibaran bendera One Piece menjelang 17 Agustus mungkin terlihat kontroversial, namun fenomena ini menyimpan pesan penting: bahwa generasi muda ingin menyuarakan sesuatu—tentang kebebasan, keadilan, dan makna kemerdekaan yang tak selalu harus kaku.
Di tengah arus globalisasi budaya, mungkin saatnya kita tidak hanya bertanya “boleh atau tidak”, tetapi juga “apa maknanya bagi masyarakat kita hari ini?”