Gaza, Palestina | 24 Juli 2025 Kondisi kemanusiaan di Jalur Gaza kian hari kian memburuk. Di tengah blokade total yang diberlakukan Israel sejak Maret lalu, anak-anak Palestina kini terjebak dalam penderitaan yang memilukan—tanpa makanan, tanpa obat, dan tanpa masa depan yang pasti.
Kementerian Kesehatan Gaza mencatat sedikitnya 111 warga, mayoritas anak-anak, meninggal akibat kelaparan hanya dalam beberapa pekan terakhir. Dalam tiga hari terakhir saja, 21 anak-anak dilaporkan meninggal dunia akibat gizi buruk akut, tak tertolong oleh fasilitas kesehatan yang lumpuh total.
“Anak-anak datang dalam keadaan sangat kurus, tak sadarkan diri. Mereka hanya sempat bertahan beberapa jam,” kata Dr. Hani Al-Kahlout, dokter anak di Rumah Sakit Al-Aqsa, Deir al-Balah.
Kelaparan Buatan: Terencana dan Sistematis
WHO dan berbagai lembaga kemanusiaan dunia menyebut kondisi ini sebagai “kelaparan massal yang diinduksi manusia”. Blokade ketat Israel telah menghentikan hampir seluruh distribusi makanan, air bersih, bahan bakar, dan obat-obatan ke wilayah Gaza yang kini hanya menerima rata-rata 28 truk bantuan per hari, jauh dari kebutuhan minimum 500 truk.
“Ini bukan bencana alam. Ini adalah tragedi buatan manusia yang disengaja,” tegas Direktur WHO, Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus.
Anak-anak Gaza: Mati Muda Tanpa Perlawanan
UNICEF menyebut lebih dari 50.000 anak di Gaza telah terbunuh atau terluka sejak serangan besar-besaran Israel dimulai Oktober tahun lalu. Sementara itu, sekitar 650.000 hingga 1 juta anak balita kini terancam malnutrisi parah, hidup hanya dari air garam dan remah-remah sisa bantuan.
“Saya ingin cepat ke surga, karena di sini tidak ada makanan dan mama sudah tidak bangun lagi,” ucap seorang bocah perempuan berusia 8 tahun yang kehilangan ibunya saat antre bantuan.
Dunia Mendesak, Israel Membisu
Lebih dari 100 lembaga kemanusiaan dunia dan 25 negara menyerukan agar Israel menghentikan blokade dan segera membuka akses bantuan penuh ke Gaza. Namun hingga saat ini, pemerintah Israel belum menunjukkan sinyal konkret untuk merespons desakan internasional tersebut.