Jakarta – Prediksi harga Bitcoin kembali mencuat ke permukaan. Sejumlah analis global memperkirakan nilai Bitcoin bisa menembus USD 135.000 hingga USD 200.000 pada akhir tahun 2025, seiring meningkatnya arus dana ke produk Exchange-Traded Fund (ETF) yang berbasis kripto.
Menurut laporan Kompas.id, kenaikan harga Bitcoin yang signifikan diprediksi terjadi setelah institusi keuangan global gencar masuk ke pasar kripto melalui produk ETF spot Bitcoin. Arus modal yang besar dari investor institusional ini dianggap menjadi pendorong utama reli harga yang telah berlangsung sejak awal 2024.
ETF Jadi Pemicu Lonjakan
Produk ETF Bitcoin spot seperti yang diluncurkan oleh BlackRock dan Fidelity memungkinkan investor tradisional untuk mengakses Bitcoin tanpa harus memiliki aset digital secara langsung. Data FalconX menunjukkan bahwa sejak ETF disetujui oleh SEC AS pada awal 2024, aliran dana ke produk ini mencapai lebih dari USD 15 miliar dalam enam bulan terakhir.
Analis dari Standard Chartered memperkirakan harga Bitcoin bisa mencapai USD 135.000 pada kuartal ketiga 2025, dan bahkan menyentuh USD 200.000 di akhir tahun, jika tren ETF dan akumulasi institusional terus berlanjut. Sementara itu, perusahaan riset Bernstein juga menyebut potensi kenaikan hingga dua kali lipat dari harga saat ini karena meningkatnya permintaan global terhadap Bitcoin sebagai aset lindung nilai.
Target Optimistis hingga USD 200.000
Selain itu, Anthony Scaramucci dari SkyBridge Capital dan Cathie Wood dari ARK Invest memprediksi bahwa Bitcoin dapat mencapai antara USD 200.000 hingga USD 500.000 dalam beberapa tahun ke depan, tergantung pada sejauh mana Bitcoin dapat diadopsi sebagai cadangan nilai oleh perusahaan dan institusi pemerintahan.
“Kami melihat permintaan jangka panjang dari korporasi dan potensi kebijakan pemerintah dalam menjadikan Bitcoin sebagai bagian dari cadangan strategis nasional,” ujar Scaramucci dalam wawancara dengan MarketWatch.
Harga Bitcoin Terkini dan Risiko
Per 28 Juli 2025, harga Bitcoin diperdagangkan di kisaran USD 118.800–USD 119.000. Meski ada optimisme tinggi, sejumlah analis juga mewanti-wanti potensi koreksi harga akibat tekanan makroekonomi global, kebijakan suku bunga, dan ketidakpastian geopolitik.