“Secara logika, sangat sulit dilakukan seorang diri tanpa refleks menolak atau melepas lakban itu,” ujar kerabat lain. Mereka menyebut bahwa proses penemuan mayat pun terlambat diekspos, dan tidak ada penjelasan publik mengenai waktu pasti kematian atau kondisi jenazah secara rinci.
Rekaman CCTV Tak Tunjukkan Tindak Kekerasan
Polisi menyatakan telah memeriksa 20 rekaman CCTV dari sekitar lokasi indekos hingga lokasi lain yang dilalui korban sebelum meninggal. Semua rekaman disebut tidak menunjukkan adanya kekerasan atau interaksi mencurigakan dengan orang lain.
Meski begitu, keluarga tetap menilai ada celah yang seharusnya diperiksa lebih mendalam. “Kami tidak menuduh siapa pun, tapi kami tidak bisa menerima jika kematian Arya hanya dianggap keputusan pribadi,” tegas pihak keluarga.
Jejak Digital yang Diperdebatkan
Polisi mengungkap bahwa sejak 2013, ADP pernah melakukan pencarian terkait bunuh diri melalui email dan platform konsultasi psikis. Namun pihak keluarga menilai jejak digital tersebut tidak bisa dijadikan dasar kesimpulan bahwa ADP memang berniat mengakhiri hidup.
“Semua orang bisa pernah mengalami masa sulit. Tapi mengaitkan itu dengan kejadian saat ini, ketika kondisinya sedang positif dan aktif, rasanya terlalu spekulatif,” ujar salah satu saudara ADP.
Kementerian Luar Negeri Hati-hati Berkomentar
Hingga berita ini ditulis, Kementerian Luar Negeri belum memberikan pernyataan resmi atas penolakan keluarga. Sebelumnya, Kemlu hanya menyatakan duka mendalam dan menyerahkan sepenuhnya penanganan kasus ke pihak kepolisian.
Kesimpulan Sementara: Masih Ada Misteri
Meski polisi telah menyatakan bahwa kasus ini ditutup secara penyidikan karena tidak ditemukan unsur pidana, keluarga diplomat muda ini masih berharap adanya transparansi dan kemungkinan dibukanya kembali penyelidikan, demi mendapatkan kebenaran sejati atas kematian ADP.
Tim Redaksi Terkinijambi.com