Teheran, – Pemerintah Iran secara terbuka menyampaikan keraguan terhadap kelanjutan gencatan senjata dengan Israel, dan mengungkapkan bahwa sejumlah skenario militer telah disiapkan untuk menghadapi potensi pecahnya konflik bersenjata kembali. Langkah ini mencerminkan meningkatnya ketegangan pasca serangkaian serangan udara dan rudal yang berlangsung sejak Juni 2025.
Menteri Pertahanan Iran, Jenderal Aziz Nasirzadeh, menyebut gencatan senjata yang dimediasi Amerika Serikat dan Qatar “rapuh dan tidak dapat diandalkan”.
“Kami tidak percaya Israel akan mematuhi sepenuhnya gencatan senjata ini. Mereka dikenal ingkar janji dan mengandalkan kekuatan sepihak. Iran akan tetap siaga dan bersiap memberikan balasan setimpal,” kata Jenderal Aziz dalam konferensi pers di Teheran, Selasa (15/7/2025).
Iran Siap Tiga Opsi Strategis
Sumber militer Iran menyebut negara itu telah menyiapkan tiga opsi strategis: memperketat kontrol di Selat Hormuz, mengaktifkan jaringan milisi proksi di Lebanon dan Yaman, serta mempercepat pengembangan sistem persenjataan rudal jarak jauh.
Kepala Staf Militer Iran, Mayor Jenderal Abdolrahim Mousavi, menegaskan:
“Setiap pelanggaran akan dijawab dengan serangan balik yang merata di semua front, termasuk target-target strategis Israel dan sekutunya.”
Sementara itu, Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant merespons:
“Kami tidak akan membiarkan Iran atau proksinya menimbulkan ancaman baru terhadap warga Israel. IDF tetap dalam kondisi siaga tinggi,” ujar Gallant melalui akun resminya di platform X.
AS, PBB, dan Rusia Ikut Bersuara
Departemen Luar Negeri Amerika Serikat mengimbau kedua pihak untuk menahan diri. Juru bicara Gedung Putih, John Kirby, menyatakan:
“Kami memahami kekhawatiran Iran, namun semua pihak harus mematuhi kesepakatan yang ada. Pelanggaran apapun akan menyulitkan proses diplomasi.”
Sementara Sekjen PBB António Guterres menegaskan:
“Dunia tidak bisa terus berada di ambang konflik Timur Tengah yang lebih luas. Semua pihak harus menunjukkan komitmen pada penyelesaian damai.”