TERKINIJAMBI.COM – Sebuah skandal keamanan nasional mengguncang Kanada setelah empat pria—termasuk dua anggota aktif militer—ditangkap karena diduga terlibat dalam jaringan ekstremis anti-pemerintah dan anti-Islam yang merancang perebutan lahan secara ilegal di wilayah Quebec.
Dalam rilis resmi yang diterima media, Kepolisian Federal Kanada (RCMP) menyebut operasi ini sebagai pengungkapan ekstremisme kekerasan berbasis ideologi (IMVE) terbesar dalam sejarah negeri itu. Tiga tersangka utama, Marc-Aurèle Chabot (24), Simon Angers-Audet (24), dan Raphaël Lagacé (25), didakwa atas pelatihan dan fasilitasi kegiatan teroris, sementara seorang lainnya, Matthew Forbes (33), menghadapi tuntutan kepemilikan senjata ilegal dan bahan peledak.
Ideologi Rasis dan Anti-Islam
Yang mengejutkan publik, penyelidikan menemukan bahwa keempat tersangka telah membentuk sel milisi rahasia yang menjunjung ideologi supremasi kulit putih, anti-pemerintah federal, serta menyebarkan narasi anti-Muslim melalui kanal media sosial tertutup sejak pertengahan 2021.
“Kami menemukan bukti bahwa mereka menyebarkan materi pelatihan bersenjata dan ujaran kebencian terhadap kelompok Muslim,” ujar salah satu penyidik RCMP dalam konferensi pers.
Para tersangka bahkan disebut tengah merancang pengambilalihan lahan dengan kekerasan untuk membentuk koloni eksklusif mereka sendiri di dekat Kota Quebec.
Gudang Senjata dan Taktik Militer
Dalam penggerebekan besar pada Januari 2024, RCMP menyita 83 pucuk senjata api, 11.000 butir peluru, alat penglihatan malam, hingga bahan peledak yang dikemas dalam 16 unit siap pakai. Aktivitas pelatihan yang digelar di wilayah Quebec dan Ontario mencakup teknik bertahan hidup, penyerbuan taktis, dan pelatihan semi-militer menggunakan seragam dan atribut angkatan bersenjata.
Militer Kanada Bereaksi
Kementerian Pertahanan Kanada menyatakan keterlibatan dua personel aktif sebagai “kegagalan serius” dalam sistem penyaringan internal.
“Kami mengecam keras bentuk radikalisasi apa pun di dalam jajaran militer. Penyelidikan internal sedang berjalan,” tulis pernyataan resmi Angkatan Bersenjata Kanada.