TERKINIJAMBI.COM – Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dikabarkan telah mencapai kesepakatan untuk menghentikan operasi militer di Gaza dalam beberapa minggu ke depan. Rencana ini digadang-gadang sebagai bagian dari upaya menghidupkan kembali Abraham Accords, sebuah pakta normalisasi Israel dengan dunia Arab yang digagas Trump sejak 2020.
Namun di tengah diplomasi perdamaian ini, dunia internasional justru semakin keras menyuarakan tuduhan genosida yang dilakukan Israel terhadap rakyat Palestina di Jalur Gaza. Serangan udara, blokade bantuan, dan kehancuran infrastruktur sipil telah memicu gelombang kritik dari berbagai pemimpin dunia.
Diplomasi Perjanjian Abraham Jilid Dua
Trump dalam pernyataan tidak resminya menyebut rencana ini sebagai “langkah strategis untuk perdamaian jangka panjang di Timur Tengah.” Sementara Netanyahu menyatakan harapannya agar formula ini memperluas jangkauan Abraham Accords ke negara seperti Arab Saudi dan Suriah.
Rencana tersebut mencakup penghentian perang, pembebasan sandera, pembentukan pemerintahan sementara di Gaza oleh negara-negara Arab, serta pengasingan tokoh-tokoh Hamas dari wilayah Palestina.
Genosida di Gaza, Dunia Tidak Bungkam
Meski dibungkus dalam kerangka perdamaian, kecaman dunia terhadap kekerasan Israel di Gaza justru semakin meluas.
Perdana Menteri Spanyol Pedro Sánchez dengan tegas menyebut, “Apa yang terjadi di Gaza bukan hanya konflik bersenjata, tapi genosida terhadap rakyat Palestina.”<
Presiden Kolombia Gustavo Petro bahkan menyamakan situasi Gaza dengan peristiwa Holocaust.
“Kita tidak bisa membiarkan kekejaman ini terjadi lagi, tidak terhadap siapa pun, tidak di mana pun,” katanya dalam forum PBB.
Pernyataan serupa juga datang dari Presiden Brasil Luiz Inácio Lula da Silva yang menuding Israel melanggar hukum internasional secara sistematis.
“Pembunuhan anak-anak, penghancuran rumah sakit, pemutusan listrik dan air adalah kejahatan terhadap kemanusiaan,” ujarnya.
Abraham Accords Tanpa Palestina?
Sementara itu, para pengamat menyebut bahwa perjanjian ini tidak menyentuh akar persoalan, yakni hak rakyat Palestina atas kemerdekaan dan kedaulatan. Otoritas Palestina menolak usulan yang tidak melibatkan mereka dalam proses perdamaian.
<“Tidak akan ada perdamaian tanpa keadilan. Dan tidak akan ada keadilan tanpa mengakui hak bangsa Palestina untuk merdeka,” kata Presiden Palestina Mahmoud Abbas dalam pernyataan terpisah.
Banyak negara Arab juga menolak ikut ambil bagian dalam membangun Gaza pasca-perang jika Israel terus mempertahankan blokade dan ekspansi pemukiman ilegal di Tepi Barat.
Penutup
Kesepakatan Trump dan Netanyahu mungkin menjanjikan “perdamaian”, namun selama isu genosida tidak diakui, hak-hak Palestina tak ditegakkan, dan pendekatan sepihak terus dilanggengkan, jalan damai tetap jauh dari harapan. Dunia kini menanti: akankah ini awal dari solusi atau justru babak baru konflik yang dilumuri darah?
Penulis: Redaksi Terkinijambi.com
Editor: Masrul Ahmad