Tolak Kapitalisme dan Sosialisme, Prabowo Tegaskan Ekonomi Indonesia Pilih Jalan Tengah

Dalam pidatonya, Prabowo menyoroti bahwa selama lebih dari 30 tahun, negara-negara berkembang telah menjadi ‘pasar’ dari sistem ekonomi neoliberal yang tidak adil. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi belum tentu diikuti pemerataan. Ia menyebut bahwa kurang dari 1 persen penduduk dunia menguasai kekayaan secara tidak proporsional.

🇮🇩 Jalan Tengah ala Indonesia: Ekonomi Pancasila?

Presiden Prabowo menggarisbawahi bahwa Indonesia harus membangun model ekonomi nasional yang berpijak pada nilai, budaya, dan sejarah bangsa sendiri, bukan hanya meniru konsep Barat.

Ia mencontohkan bahwa inovasi dan inisiatif ala kapitalisme perlu dipertahankan, namun negara harus tetap berperan aktif dalam mengentaskan kemiskinan, menjamin keadilan sosial, dan mencegah kolusi antara pemodal besar dan elit kekuasaan.

“Kami ingin pertumbuhan, tetapi juga pemerataan. Kami ingin efisiensi, tetapi juga keadilan. Pemerintah harus hadir, tapi tidak menindas,” ungkapnya.

🔍 Kritik Halus terhadap Kapitalisme Global

Prabowo juga menyinggung bahwa model pasar bebas neoliberal telah gagal membawa kesejahteraan yang merata. Ia menilai doktrin trickle-down economy (efek tetesan ke bawah) terbukti tidak relevan di banyak negara berkembang.

“Kami percaya pada kerja keras dan kompetisi, tetapi kami juga tidak rela membiarkan jutaan rakyat kami kelaparan demi statistik pertumbuhan semata.”

🌐 Indonesia Siap Menjadi Poros Ekonomi Baru Dunia

Dalam penutupnya, Prabowo mengajak para pemimpin dunia untuk lebih realistis dan adil dalam merumuskan sistem ekonomi global ke depan.